Assalamualaikum
hai kawan nih saya mau sedikit berbagi
ane gak bisa panjang lebar masalah ini ane takut salah
jadi langsung saja ya kawan simak ..................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Qur’an adalah petunjuk suci untuk umat islam dalam semua aspek kehidupan dunia dan akhirat. Sebagai wahyu Ilahi, Al-Qur’an berisi sunatullah dalam bentuk kode. Yang dimaksudkan dengan sunatullah adalah hukum Allah tentang alam, tentang semua AlmahlukNya. Sunatullah yang sudah diketahui manusia disebut kaidah ilmiah atau hukum-hukum ilmu pengetahuan yang merupakan temuan ilmiah dari manusia.
Kedalaman dan ruang lingkup yang begitu luas dan sunatullah harus menghadapi keterbatasan dari bahasa manusia, yaitu bahasa arab. Oleh karena itu sunatullah dalam ayat-ayat Al-Qur’an harus dinyatakan dalam bentuk yang sangat padat, terkonsentrasi, kental, dan yang paling penting adalah dinyatakan dalam bentuk yang tersamar dan terselubung dalam bentuk kode yang hanya bisa ditangkap dengan isyaratnya. Tugas pembaca Al-Qur’an adalah memecah kode untuk menyingkap misteri yang terkandung dalam suatu ayat, untuk memeras saripati dari terjemahan artinya, maupun dari tafsir dan taqwilnya. Situasinya sekarang bertambah jelas. Terdapat dua simpul dalam hubungan antara sunatullah dan temuan ilmu pengetahuan dan teknologi (scientific findings) pada simpul (hulu) terdapat sunatullah yang terkode, tersamar dalam ayat Al-Qur’an. Sedangkan pada simpul (hilir) terdapat temuan iptek dalam satu atau lebih disiplin iptek.
Oleh karena itu penulis membuat judul “Isyarat Al-Qur’an tentang Teknologi” untuk mengetahui bagaimana dasyatnya teknologi dalam Al-Qur’an.
1.2 Rumusan Masalah
a) Sebutkan dalil naqli tentang teknologi!
b) Bagaimana tafsir ayat tersebut?
c) Jelaskan tentang pengertian dan teori teknologi!
d) Bagaimana Analisis tentang ayat tersebut?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui :
Dalil naqli tentang teknologi.
Tafsir ayat tentang teknologi.
Pengertian dan teori tentang teknologi.
Analisis dalil naqli tentang teknologi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Dalil Naqli tentang teknologi
isyarat listrik dalam Al Quran’an.QS. Al Baqarah: 20
20. Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.
2.2 Tafsir Ayat tentang teknologi
Surat Al-Baqarah ayat 20
Thahir ibn ‘Asyur memahami ayat ini sebagai gambaran tentang orang-orang munafik ketika menghadiri majlis Rasulullah saw. dan mendengar ayat-ayat Al Qur’an yang mengandung ancaman serta berita-berita yang menggembirakan. Dengan demikian ayat-ayat Al Qur’an diibaratkan dengan hujan yang lebat, apa yang dirasakan oleh orang-orang munafik diibaratkan dengan aneka kegelapan, sebagaimana dialami pejalan diwaktu malam yang diliputi oleh awan tebal sehingga menutupi cahaya bintang dan hujan. Guntur adalah kecaman dan peringatan Al Qur’an. Kilat adalah cahaya petunjuk al Qur’an yang dapat ditemukan dicelah peringatan-peringatan itu. ( dan listrik keduanya adalah cahaya, cahaya berguna untuk penerangan. Penerangan yang berupa listrik dapat dipakai untuk alat belajar/membaca ilmu pengetahuan pada waktu gelap. Listrik dan qalam/alat tulis merupakan teknologi, keduanya sangat penting dan dapat dipergunaka oleh manusia khususnya bagi orang Islam untuk belajar/mencari ilmu sehingga dapat mengetahui ilmu-ilmu yang lain yang sebenarnya juga sudah diisyaratkan oleh Allah dalam Al Qur’an. [1]
2.3 Pengertian Teknologi
Pengertian Teknologi sebenarnya berasal dari kata Bahasa Perancis yaitu “La Teknique“ yang dapat diartikan dengan ”Semua proses yang dilaksanakan dalam upaya untuk mewujudkan sesuatu secara rasional”. Dalam hal ini yang dimaksudkan dengan sesuatu tersebut dapat saja berupa benda atau konsep, pembatasan cara yaitu secara rasional adalah penting sekali dipahami disini sedemikian pembuatan atau pewujudan sesuatu tersebut dapat dilaksanakan secara berulang (repetisi).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknologi diartikan sebagai “kemampuan teknik yang berlandaskan pengetahuan ilmu, eksakta dan berdasarkan proses teknis”. Teknologi adalah ilmu atau cara tentang menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.[2]
Teknologi adalah pengembangan dan penggunaan dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan masalahnya.[3] Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan yang sangat lama seperti roda dapat disebut teknologi. Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi). Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan teknik kita meningkat.[4]
Menelusuri pandangan Al-Qur’an tentang teknologi, mengundang kita untuk menengok sekian banyak ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam raya. Menurut sebagian ulama, terdapat sekitar 750 ayat Al-Qur’an yang berbicara tentang alam materi dan fenomenanya, dan memerintahkan manusia untuk mengetahui dan memanfaatkan alam ini. Secara tegas Al-Qur’an menyatakan bahwa alam raya diciptakan dan ditundukkan Allah untuk manusia.
“Dan Dia menundukkan untuk kamu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya (sebagai anugrah) dari-Nya”[5].
Jadi, dapat dikatakan bahwa teknologi merupakan sesuatu yang dianjurkan oleh Al-Qur’an. Sebelum menjawab pertanyaan, ada dua catatan yang perlu diperhatikan.
Pertama, ketika Al-Qur’an berbicara tentang alam raya dan fenomenanya, terlihat secara jelas bahwa pembicaraannya selalu dikaitkan dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT. Misalnya uraian Al-Qur’an tentang kejadian alam.
“Apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah satu yang padu, kemudian Kami (Allah) pisahkan keduanya, dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapa mereka tidak juga beriman?”[6].
Ayat ini dipahami oleh banyak ulama kontemporer sebagai isyarat tentang teori Big Bang (Ledakan Besar) yang mengawali terciptanya langit dan bumi. Para pakar boleh saja berbeda pendapat tentang makna ayat tersebut, atau mengenai proses terjadinya pemisahan langit dan bumi. Yang pasti, ketika Al-Qur’an berbicara tentang kekuasaan dan kebesaran Allah, serta keharusan beriman kepada-Nya.
Ini berarti sains dan hasil-hasilnya harus selalu mengingatkan manusia terhadap kehadiran dan kemahakuasaan Allah SWT, selain juga harus memberi manfaat bagi kemanusiaan, sesuai dengan prinsip bismi rabbik.
Kedua, Al-Qur’an sejak dini memperkenalkan istilah sakhara yang maknanya bermuara pada kemampuan meraih dengan mudah dan sebanyak yang dibutuhkan segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan dari alam raya melalui keahlian di bidang teknik.
Ketika Al-Qur’an memilih kata sahkara yang arti harfiahnya menundukkan atau merendahkan, maksudnya adalah agar alam raya dengan segala manfaat yang dapat diraih darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang posisinya berada di bawah manusia.
Teknologi dalam arti ini dapat diketahui melalui barang-barang, benda-benda, atau alat-alat yang berhasil dibuat oleh manusia untuk memudahkan dan menggampangkan realisasi hidupnya di dalam dunia. Hal mana juga memperlihatkan tentang wujud dari karya cipta dan karya seni (Yunani techne) manusia selaku homo technicus. Dari sini muncullah istilah “teknologi”, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang “techne” manusia. Tetapi pemahaman seperti itu baru memperlihatkan satu segi saja dari kandungan kata “teknologi”. Teknologi sebenarnya lebih dari sekedar penciptaan barang, benda atau alat dari manusia selaku homo technicus atau homo faber. Teknologi bahkan telah menjadi suatu sistem atau struktur dalam eksistensi manusia di dalam dunia. Teknologi bukan lagi sekedar sebagai suatu hasil dari daya cipta yang ada dalam kemampuan dan keunggulan manusia, tetapi ia bahkan telah menjadi suatu “dayapencipta” yang berdiri di luar kemampuan manusia, yang pada gilirannya kemudian membentuk dan menciptakan suatu komunitas manusia yang lain.
Teknologi juga penerapan keilmuan yang mempelajari dan mengembangkan kemampuan dari suatu rekayasa dengan langkah dan teknik tertentu dalam suatu bidang. Teknologi merupakan Aplikasi ilmu dan engineering untuk mengembangkan mesin dan prosedur agar memperluas dan memperbaiki kondisi manusia atau paling tidak memperbaiki efisiensi manusia pada beberapa aspek.
Dewasa ini telah lahir teknologi khususnya di bidang rekayasa genetika yang dikhawatirkan dapat menjadikan alat sebagai majikan. Bahkan mampu menciptakan bakal-bakal “majikan” yang akan diperbudak dan ditundukkan oleh alat. Jika begitu. ini jelas bertentangan dengan kedua catatan yang disebutkan di terdahulu.
Berdasarkan petunjuk kitab sucinya, seorang Muslim dapat menerima hasil-hasil teknologi yang sumbernya netral, dan tidak menyebabkan maksiat, serta bermanfaat bagi manusia, baik mengenai hal-hal yang berkaitan dengan unsur “debu tanah” manusia maupun unsur ”ruh Ilahi”manusia.
Al Qur’an tidak akan berubah sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat berubah temuannya dari masa kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai akibat makin canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan pendapat bahwa mempercayai kebenaran Al Qur’an adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Qur’an, ada dua kemungkinan penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang berkaitan sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang bersangkutan kurang benar.
2.4 Teori Teknologi
Dekade 1960 sampai dengan dekade 1980 merupakan periode yang sangat produktif bagi teori-teori baru dan pengetahuan empiris tentang sumber-sumber perubahan teknologi. Pada dekade 1960-an dan 1970-an perhatian difokuskan pada implikasi dari perubahan permintaan dan harga-harga relatif pada tingkat dan arah perubahan teknologi. Pada akhir dekade 1970-an dan awal 1980-an perhatian bergeser ke model evolusioner (evolutionary model) yang terinspirasi oleh munculnya ketertarikan pada pandangan-pandangan Schumpeter mengenai proses pembangunan ekonomi. Sejak awal dekade 1990-an teori sumber-sumber perubahan teknologi dilengkapi dengan perkembangan model yang berbasis sejarah, yaitu model “jalur ketergantungan” (path dependent) perubahan teknologi[7].
TEORI UMUM TENTANG PERUBAHAN TEKNOLOGI
Ruttan (1997:1524-1526) berpendapat bahwa ketiga pendekatan yang telah dipaparkan di atas (induced technical change theory, evolutionary theory, dan path dependence theory) sedang mendekati jalan buntu. Menurutnya, diperlukan suatu “jembatan” untuk menghubungkan tiga pendekatan yang terpisah untuk meningkatkan pemahaman mengenai sumber-sumber perubahan teknologi.
Menurut Ruttan, ada beberapa langkah untuk membuat teori umum mengenai perubahan teknologi, yaitu:
1) Langkah pertama adalah mengintegrasikan model dorongan faktor dan model dorongan permintaan.
2) Langkah kedua adalah mengintegrasikan model dorongan perubahan teknologi dan model jalur ketergantungan. Dari perspektif historis, isunya diletakkan pada bagaimana elastisitas substitusi berubah sepanjang waktu dalam merespon perubahan sumber daya endowmen atau harga faktor relatif, dan bagaimana ketergantungan jalur perubahan teknologi terhadap kondisi awal ketika suatu “pintu gerbang teknologi-teknologi muncul.
3) Langkah ketiga adalah mengintegrasikan antara teori dorongan perubahan teknologi, teori jalur ketergantungan, dan teori perdagangan internasional.
Faktor endowmen relatif memainkan peranan penting dalam teori perdagangan Heckscher-Ohlin dan teori dorongan perubahan teknologi. Di bawah asumsi H-O masing-masing negara mengekspor komoditi yang intensif faktor berlimpah. Dorongan perubahan teknologi bertindak untuk membuat faktor yang langka lebih berlimpah[8].
PANDANGAN NEO-KLASIK TENTANG TEKNOLOGI
Ekonom Neo-klasik mempunyai pendekatan “instrumental” dalam mengamati teknologi. Mereka cenderung berasumsi bahwa teknologi dapat dipesan kapan saja diminta oleh pasar (Coombs et al., 1987). Dalam pandangan neo-klasik, pengembangan teknologi dianggap mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan tersedia bagi siapa saja. Mereka mengabaikan keterputusan inovasi. Bentuk dan isi teknologi tidak mendapat perhatian yang detil oleh ekonom neo-klasik (David, 1975; Coombs et al., 1987; MacKenzie, 1992; Lundwall, 1993; Rosenberg, 1994).
TEORI EVOLUSIONER (EVOLUTIONARY THEORY)
Kekuatan model evolusioner terletak di area dimana model ekonomi mikro induced innovation paling lemah. Model ini menciptakan teori perilaku perusahaan untuk memberikan deskripsi yang lebih realistik mengenai cara bekerja di dalam “kotak hitam”. Pada awalnya model evolusioner didominasi oleh pola-pola atau rutinitas aktivitas produksi, aksi individu, penentuan kombinasi produk, ekspansi pabrik, dan R & D. Pada model selanjutnya, Nelson dan Winter mengembangkan proses “mencari dan seleksi” yang memasukkan, setidaknya secara terbatas, elemen pilihan rasional (Nelson dan Winter, 1982:14). Model evolusioner mengatakan ada suatu jalur perubahan teknologi yang apabila ada pergeseran yang sama pada harga relatif tidak akan menghasilkan jalur yang sama dengan model ekonomi mikro neoklasik induced innovation (Nelson dan Winter, 1975: 466-86).
Dua mekanisme mendasar dalam model Nelson dan Winter, sebagaimana yang dikutip oleh Vernon W. Ruttan (1997:1522) adalah: (1) Pencarian teknologi yang lebih baik; (2) Seleksi inovasi melalui pasar. Menurut Nelson dan Winter, perubahan teknologi dapat terjadi karena pencarian inovasi-inovasi teknologi secara lokal, imitasi hal-hal yang dilakukan perusahaan lain, dan pemuasan perilaku ekonomi. Model evolusisioner memahami pasar sebagai sesuatu yang secara sosial merupakan lingkungan terseleksi yang mengistemewakan bertahannya jenis teknologi tertentu (Walsh, 1993). Namun model evolusioner lebih menekankan pada karakteristik perilaku perusahaan (Saviotti dan Metcalf, 1991). Analisa dari model evolusioner mewarisi komitmen Schumpeterian secara radikal maupun inkremental mengenai perubahan-perubahan dalam proses dan produk[9].
TEORI JALUR KETERGANTUNGAN (PATH DEPENDENCE THEORY)
Kekuatan model jalur ketergantungan terletak pada pandangannya mengenai pentingnya tahapan-tahapan spesifik dalam peristiwa historis pada tingkat mikro. Dalam pandangan ini, teknologi yang dipilih sekarang menjadi penghubung dan mempengaruhi dimensi masa depan teknologi dan pengetahuan. Meskipun demikian, konsep technological lock in, setidaknya di tangan para praktisi yang lebih kaku, diaplikasikan hanya pada teknologi yang mempunyai karakter skala hasil yang meningkat. Pada industri dengan skala hasil yang konstan atau menurun, historical lock in tidak berlaku.
Perkembangan teknologi mengalami percepatan terus-menerus pada dekade 1980 dalam tiga arah, yaitu: (1) perbaikan aplikasi yang ada, misalnya lebih cepat, lebih murah, dsb; (2) ekspansi ke dalam aplikasi baru, misalnya dari pabrik ke desain, logistik, distribusi, perencanaan, dan rantai suplai; dan (3) customising, yaitu versi tepat guna dari teknologi manufaktur maju menjadi tersedia untuk sektor-sektor tertentu, sesuai ukuran perusahaan dan rentang harga (J. Bessant, 1991; Bessant dan Rush, 1995: 104)[10].
Menurut Acemoglu arah perubahan teknologi ditentukan oleh ukuran pasar. Jika pekerja terampil lebih banyak tersedia, pasar untuk teknologi yang bersifat pelengkap ketrampilan menjadi lebih besar. Implikasinya, lebih banyak penemuan-penemuan di bidang teknologi yang melengkapi ketrampilan, dan teknologi baru akan bersifat melengkapi ketrampilan (Acemoglu, 1998: 1082).
Zoseph Zeira (1998: 1092) lebih menekankan faktor upah dan suku bunga sebagai penentu jenis teknologi yang dipilih. Upah yang lebih tinggi akan mendorong adopsi teknologi industri, karena dapat menghemat tenaga kerja, sedangkan tingkat upah yang lebih tinggi akan mengurangi adopsi teknologi. Rosenberg (1996) dan Wright (1997:1562) menjelaskan bahwa banyak yang meyakini arah perkembangan teknologi hampir pasti tidak dapat ditentukan. Hal ini karena beberapa sebab; (1) Para penemu teknologi tidak dapat meramalkan seberapa jauh perbaikan teknologi di masa depan; (2) Cakupan aplikasi suatu penemuan teknologi baru tergantung pada perkembangan teknologi pelengkap yang tidak dapat diprediksi; (3) Penggunaan penemuan teknologi tersebut di masa depan merupakan bagian yang kompleks suatu sistem yang saling tergantung yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Karena arah perkembangan teknologi yang tidak dapat ditentukan, Gavin Wright menegaskan bahwa aturan main dalam perubahan teknologi adalah “bounded rationality” (Wright, 1997: 1562). Ketidakjelasan arah perubahan teknologi ini juga menimbulkan resiko dan berkurangnya kemanfaatan investasi riset untuk menemukan teknologi yang baru. Menurut Wrigth, masalah resiko dan ketepatgunaan dalam investasi riset untuk menciptakan teknologi baru bisa dikurangi dengan struktur kelembagaan spesifik, yaitu kekuatan pasar swasta, program persyaratan pemerintah, perlindungan hukum untuk hak cipta intelektual, kerjasama penelitian non-profit, dan diversifikasi portofolio (Wright, 1997:1560).
2.5 Analisis Teknologi
Isyarat teknologi listrik dalam Al Qur’an Listrik adalah teknologi. Listrik berdaya kecil dapat dibuat secara sederhana dengan buah-buahan yang ditusuk dua elektroda dari logam yang berbeda. Namun listrik berdaya besar pada umumnya dibangkitkan dengan sebuah generator listrik. Generator ini berada pada suatu Pusat Listrik dan digerakkan dengan sumber tenaga primer, yang di Indonesia terutama berupa minyak bumi (PLTGU, PLTD), batubara (PLTU), gas (PLTG), dan air/hidro (PLTA). Untuk membangkitkan listrik sebesar 22.000 MW, Indonesia masih sedikit memakai energi panas bumi, angin, ombak, pasang surut laut atau energi surya. Sementara itu energi nuklir baru ada dalam skala reaktor penelitian di Badan Tenaga Nuklir Nasional. Penemu listrik adalah Thomas Alfa Edison, lahir 2 Pebruri 1847, meninggal 18 Oktober 1931, dari Amerika, karena atas Kekuasaan Allah ia Penemu Listrik, ia penemu terbesar di dunia, iamenemukan 3000 penemuan termasuk listrik, bahkan ia pernah menemukan 400 penemuan dalam masa 13 bulan.
Di tahun 1750-an, seorang ilmuwan Amerika bernama Benyamin Franklin menyebutkan bahwa petir adalah sebentuk peristiwa listrik. Petir merupakan lompatan listrik bertegangan tinggi yang terjadi di atmosfer. Arus listrik yang terjadi yang terjadi dalam sekali sambaran petir adalah 10 coulomb pada perbedaan tegangan potensial sebesar 100 juta volt. Energi yang ditimbulkan sebesar 1 miliar joules atau 280 kwh, cukup untuk menghidupkan AC kamar selama 2 minggu. Padahal, setiap detik terjadi 100 lompatan petir di muka bumi. Sebanyak 90% berlangsung di awan, tidak tampak oleh mata. Sisanya terjadi lompatan antara awan dan bumi dengan kecepatan 100 ribu kilometer per detik. Bagaimanapun, setiap hari sebetulnya tersedia 100 x 24 x 60 x 60 x 280 kwh = 22,4 miliar kwh listrik gratis. Namun yang diperoleh manusia sekarang dari petir masih berbentuk musibah kebakaran, nyawa melayang dan kerusakan alat-alat elektronik. Fabiayya ala’i rabbikuma tukadziban ” Maka nikmat Tuhanmu yang mana yang kamu dustakan?”
Dr. Ir. H. Chunaeni Latief M. Eng. Sc., pimpinan laboratorium energi Unisba mengatakan bahwa seluruh listrik yang kita nikmati sekarang bukan energi listrik murni. Sebagian besar berasal dari energi air (PLTA), energi uap (PLTU), energi gas bumi (PLTG), energi nuklir (PLTN), dan lain-lain. Sedangkan yang dinamakan energi listrik yang benar-benar murni adalah dari petir. Ini belum dimanfaatkan sama sekali. PLTP, Pembangkit Listrik Tenaga Petir baru dalam taraf eksperimen skala kecil-kecilan di Jepang.
Para ahli meteorologi menghitung bahwa suhu di batang petir bisa mencapai 25.000oC, dan tekanan udara mencapai 10 atm dalam sepersekian detik. Inipun sumber energi potensial lagi yang bisa dikonversi untuk keperluan manusia. Al Quran telah mengisyaratkan adanya ketakutan dan harapan akibat petir. Ketakutan telah mengembangkan teknologi alat penangkal petir. Sedangkan harapan yang timbul dari petir masih terbuka lebar bagi ilmuwan Muslim untuk digali.
Selain menghasilkan energi listrik, petir masih mempunyai peranan besar lain di bumi. Petir mempercepat terjadinya hujan dan pembentukan salju. Petir juga melestarikan nitrogen di atmosfer bumi. Nitrogen adalah unsur utama yang dibutuhkan makhluk hidup. Diperkirakan jutaan tahun silam, di awal usianya, petirlah yang telah berjasa atas sintesa terbentuknya zat-zat kimia organik yang akhirnya berlanjut pada berkembangnya kehidupan di muka bumi.
Sains dan Teknologi Kunci Kebangkitan Islam.
Umat Islam sejauh ini memandang sains dan teknologi sebagai barang sekunder, dan menempatkannya di posisi pinggiran. Dengan pandangan demikian, tidak heran jika umat Islam jauh tertinggal dalam bidang sains dan teknologi. Padahal kedua hal tersebut di masa lalu pernah dikuasai umat Islam sehingga umat Rasulullah ini meraih kejayaannya dan diperhitungkan oleh bangsa dan umat-umat lainnya. Berikut pandangan para cendekia muslim dalam konferensi internasional Tajdid Islam Kedua bertema, “Ke Arah Kemantapan Sistem Pendidikan Islam dan Kemajuan Sains dan Teknologi di Alam Melayu” di Sepang, Malaysia (13-15 April 2006).
Menurut Prof Zuhal, ketertinggalan umat Islam yang paling menonjol adalah pada penguasaan sains dan teknologi. “Tidak ada pilihan lain, jika umat ini ingin maju, maka kedua hal itu harus diraih. Itu kunci kesejahteraan dan kemajuan,” ujarnya. Pandangan Prof Khalijah, hilangnya simbol kejayaan umat Islam di masa lalu antara lain disebabkan umat Islam meninggalkan tradisi yang pernah dipraktekkan para ilmuwan dan ulama di masa lalu. “Tradisi pembaruan dan pemikiran hilang dari umat Islam. Ini tugas kita bersama. Kalau kita tak melakukan tajdid (pembaruan), umat ini akan semakin terpinggirkan,” katanya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Al-Qur’an adalah sumber segala ilmu ALLAH SWT. Ayat-ayat dapat diibaratkan mata air dan sumber yang mengalirkan sungai-sungai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mencapai temuan-temuan. (pendekatan hulu) berangkat dari temuan iptek, menuju ayat-ayat Al-Qur’an bertujuan menemukan ayat-ayat yang mungkin menjadi sumber utama temuan tersebut. Konfirmasi Al-Qur’an diharapkan dapat disimpulkan secara sementara terhadap temuan-temuan iptek tersebut. P[endekatan ini bisa produktif jika ilmuan dapat mengambil ketentuan dan terihlami oleh Al-Qur’an untuk memperkaya dan menyempurnakan temuan-temuan iptek mereka.
Dari satu ayat memancar banyak sekali inspirasi untuk permasalan teknologi, antisipasi jawaban dan penjelasan suatu masalah. Sedangkan pendekatan ke hilir ini harus ditindaklanjuti oleh upaya yang tak kenal lelah untuk penelitian pengembangan maupun pengkajian untuk meraih penemuan iptek yang baru. Dalam kapasitas ini, Al-Qur’an menunjukkan mu’zijatnya sebagai penggerak awal untuk kegiatan penelitian dan pengembangan bagi ilmuan islam.
Al Qur’an tidak akan berubah sejak diturunkan hingga akhir zaman, sedangkan sains dapat berubah temuannya dari masa kemasa karena bertambahnya informasi/data yang diperoleh sebagai akibat makin canggihnya peralatan/teknologi dan berkembangnya fisika dan matematika. Dan pendapat bahwa mempercayai kebenaran Al Qur’an adalah sikap yang tidak bisa ditawar. Apabila sains tampak menemukan suatu yang tidak serasi dengan Al Qur’an, ada dua kemungkinan penyebabnya: sains belum lengkap datanya dan belum terungkap semua gejala yang berkaitan sehingga kesimpulannya meleset, atau pemahaman terhadap ayat yang bersangkutan kurang benar.
DAFTAR PUSTAKA
Bessant, J. 1991. Managing Advanced Manufacturing Technology: the Challenge of the Fifth Wave, NCC-Blackwell, Manchester.
Seyyed Hoessein Nasr. 1986. Science and civilization in islam., terjemahan oleh Mahyudin. Pustaka. Bandung.
Gerald M.Weinberg. 1975. An Introduction to General system Thinking.Wiley Series on System Engigineering. New York
Alisjahbana, S. Takdir. 1986. Antropologi Baru. Dian Rakyat. Jakarta
Bucaille, Maurice. 1978. Bible, Qur’an dan Sains Modern. Bulan Bintang. Jakarta.
Dr. M. Quraish Shihab; Membumikan Al-Qur’an; Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, (Mizan, Mei 1992).
Dr. M. Quraish Shihab; Wawasan Al-Qur’an; (Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. (Mizan, Maret 1996).
www. Wikipedia.org
www.iptek.net.id/ind/
[1] Munifatun.wordpress.com/posisi teknologi dalam islam, diakses tanggal 27 September 2012 pukul 21.54 WIB
[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia
[3] Budi Raharjo, Teknologi dan Teknik dalam internet Br. School (of Thought), diakses 22 September 2012. Br. School (of Thought)
[4] Id.wikipedia.com. diakses 22 September 2012
[5] Q.S. Al-Jatsiyah ayat 13.
[6] (Q.S. Al-Anbiya, 27:30).
[7] (Ruttan, 1997:1520).
[8] Wikipedia.org diakses tanggal 27 September 2012 pukul 21.54 WIB
[9] Dibahas secara luas dalam R. Williams and D. Edge, 1996, “The social shaping of technology”, Research Policy, Vol. 25, No. 6, September, hal. 871-865-866.
[10] J. Bessant, Managing Advanced Manufacturing Technology: the Challenge of the Fifth Wave, NCC-Blackwell, Manchester, 1991, dikutip dari J. Bessant and H. Rush, 1995, “Building bridges for innovation: the role of consultants in technology transfer”, Research Policy, Vol. 24, No. 1, January, hal. 104.
nah mungkin ini saja sedikit penerangan masalah teknologi yang di terangin dalam al-Quran
semoga saja bermanfaat gan
salam blogger
sumber :http://lusiagitarahmawati.wordpress.com/2012/11/23/makalah-isyarat-al-quran-tentang-teknologi/
assalamulaikum wre wb nama sahri inovator teknologi dari banten
ReplyDelete